Sabtu, 31 Mei 2014

4 Kota Terbersih di Indonesia

http://friskaichaa.blogspot.com/2013/01/4-kota-terbersih-di-indonesia.html





4 Kota Terbersih di Indonesia

        Empat kota di Indonesia dinyatakan sebagai Kota Besar Terbersih, membuat mereka layak mendapat penghargaan Adipura 2012 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan akan diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 
Dalam jumpa pers di Yogyakarta, Senin (4/6), Kepala Bidang Keindahan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono menjelaskan, empat kota yang dinyatakan Kota Besar Terbersih tersebut memiliki sejumlah kriteria. Antara lain, pengolahan sampah dengan penerapan 3R (Reuse, Reduce, Recycle), pengendalian pencemaran air, keteduhan atau penghijauan, serta koordinasi antar sektor yang melibatkan peran aktif masyarakat. 

Empat kota tersebut adalah :


 

 


 

Mengintip Lokalisasi Padang Galak Sanur

http://go.blogup.com/nextblog/ekstrimis.blogspot.com



Mengintip Lokalisasi Padang Galak Sanur

Bagi anda penghobi dunia malam dan kebetulan butuh penyegaran, sekedar selingan dari penatnya bekerja, atau mungkin kantong pas-pasan tapi pengen jajan, atau sekedar pengen tau nikmatnya esek-esek kelas ekonomi non AC, lokalisasi Padang Galak adalah salah satu tempat yang cukup representatif sebagai tempat hiburan malam di Denpasar.

Sabtu malam, medio Juni 2008, sekitar pukul 21:43 Wita, kami bergerak dari pusat kota Denpasar menuju arah Sanur menyusuri kawasan Renon, Jalan Cok Agung Tresna, Tanjung Bungkak, dan Jalan Hang Tuah. Kemudian membelok ke kiri di perempatan Jalan Bypass Ngurah Rai menuju arah utara. Tak seberapa lama melewati jalan yang didominasi areal persawahan, tampak sebuah jalan kecil beraspal seadanya. Jalan tak bernama itulah jalan masuk ke lokalisasi tersebut. Kurang lebih jarak lokalisasi sekitar 500 meter dari mulut jalan.

Kami membelok perlahan memasuki halaman parkir yang sedikit gelap. Barisan sepeda motor tampak berjajar, terparkir rapi. Priit, suara peluit juru parkir, dengan membawa senter, mengarahkan kami ke tempat yang lowong.

Lorong-lorong gelap, sebagian tersinari lampu pijar bercahaya redup. Jalan tanah liat berpasir dan sedikit berbatu menghubungkan antara blok satu dengan blok lainnya. Di beberapa blok terpampang billboard bertuliskan Wisma. Dalam tiap blok/ wisma terdapat kamar-kamar semi permanen berukuran 3×4 meter, dengan satu tempat tidur, satu meja, satu bangku kecil. Serta tersekat sedikit di tiap sudut belakang kamar, satu bak air kecil yang dibatasi batako setinggi dada orang dewasa. Menyusuri lorong demi lorong dalam keremangan, menjelajah wisma dan kamar-kamar, aroma kotoran sapi sempat menyusup ketika kami melewati salah satu lorong utama.

“Ngewek mas?” Sapa manja salah seorang PSK bertubuh subur kepada kami yang melewati wismanya.

“Berapaan?” Tanya salah seorang dari kami.

“Biasa, mas. Empat puluh ribu.”

“Karaoke?”

“Ya gak lah, mas. Sekali naik aja.”

“Ya nanti ya, mau liat-liat dulu”

Di wisma yang lain, kami dapati juga sapaan manja seperti PSK tadi. Obrolan-obrolan singkat dan basi, sesekali menawar, juga pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban asal yang tak penting.

“Bir sebotol berapa mbak?”

“Dua lima”

“Kok mahal mbak?”

“Air putih mau?”

Kebanyakan dari mereka mengaku berasal dari daerah Jember dan Banyuwangi. Mengaku bekerja sebagai PSK karena terpaksa, dengan berbagai alasan keterpaksaan yang dipaksa-paksakan. Dan terpaksa tidak bisa kami sebutkan satu persatu alasan-alasan tersebut (..hehehe).

“Ayo mas, ngewek. Ntar jam satu tutup lho”

“Bukannya tutup jam empat?”

“Jam satu, mas.”

“Gak usah lama-lama milih, mas. Semua rasanya sama. Sama-sama p***k.”  kata PSK lain dengan dialek Maduranya yang kental.

Benar saja, tepat pukul satu dinihari, satu persatu lampu pijar yang tadinya menyala tiba dipadamkan. Wow, dan kami terpaksa diusir tanpa ngewek. Bunyi sirene pecalang (satgas lokal desa adat) dan pasukannya, membubarkan segala aktivitas.

(Tim Apatis 2008. :: Irv, Ard, Jug, Par)














Anchor Cantik TvOne

http://go.blogup.com/nextblog/ekstrimis.blogspot.com






Anchor Cantik TvOne

1. Elvira Khairunnisa

Twitter : @ElviraKhai


Pernah menjadi guru Bahasa Inggris, tapi akhirnya ‘terdampar’ sebagai jurnalis. Itulah Elvira Khairunnisa, yang sejak kecil tak memimpikan sebagai seorang presenter. 
Sejak kecil, lulusan Sastra Inggris Universitas Negeri Medan ini justru tertarik bidang seni. Namun begitu kuliah, minatnya ke seni lebih fokus ke teater dan seni tradisional. Prestasinya lumayan, karena Elvisa dipercaya sebagai salah satu mahasiswa yang mewakili Sumatera Utara dalam festival teater antar universitas se-Indonesia. 
Selesai kuliah, Elvira malah belok terjun sebagai jurnalis. “Awal mula tertarik menjadi jurnalis karena senang jalan-jalan dan bertemu banyak orang,” kata anak kedua dari tiga bersaudara kelahiran Lhokseumawe itu. Pengalaman yang paling berkesan, ketika meliput bencana tsunami Aceh pada 2004. 
Elvira, yang kini menjadi asisten produser itu, pernah bekerja di TVRI sebelum akhirnya bergabung dengan tvOne pada Juli 2007.

2. Dewi Budianti
Kalau umumnya anak kecil bercita-cita jadi dokter atau insinyur, tidak demikian halnya dengan Dewi Budianti Tirtamanggala. Sejak kecil, Dewi sudah berangan-angan jadi seorang jurnalis atau presenter. Setiap menonton televisi, ia begitu terpaku melihat presenter berita yang menurutnya mewakili gambaran sosok yang cerdas dan menginspirasi banyak hal. 
Angan-angannya sebagai presenter berita mulai terkuak, ketika ia diterima sebagai penyiar radio Yasika FM Yogya pada 2002. Ketika itu, gadis berdarah Jawa-Sunda ini, masih duduk di kelas III SMA di Yogya. Untuk mewujudkan cita-citanya sebagai jurnalis, selepas SMA, gadis kelahiran Bandung 29 September 1985 itu, mantap memilih jurusan Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial & Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 
Ketika mahasiswa, aktivitas Dewi bukannya surut, tapi justru bertambah. Apalagi ketika ia berhasil lolos tes presenter yang diselengarakan JogjaTV. Pintu menuju kursi presenter pun terbuka. Disinilah awal karir Dewi sebagai presenter. Selain membawakan berita, ia dipercaya pula mengasuh acara remaja Zodiak, dan acara musik Kidung Memory. 
Di sela-sela aktivitasnya sebagai seorang presenter, pengagum sosok Jendral Sudirman itu juga menekuni dunia model. “Saya senang berekspresi lewat fotografi,” tutur gadis berhidung mancung ini. Aksi Dewi di depan kamera sebagai model, bisa dinikmati di sejumlah majalah ibukota. Dewi juga sempat berakting lewat layar kaca sebagai pemain film (FTV). 
Selepas kuliah, Dewi tetap memilih karir sebagai jurnalis bukan pemain sinetron. Ia sempat menjadi pembawa acara di TVRI, sebelum akhirnya bergabung dengan tvOne pada September 2008. Pengalaman tak terlupakan adalah ketika Jakarta dilanda banjir pada November 2008. Untuk pertamakalinya ia diberi tugas meliput banjir secara ‘live’ di Kampung Melayu. “Kertas catatan saya jatuh di lumpur, dan saya pun ikut kecebur di situ,” katanya mengenang. Untunglah Dewi sudah punya jam terbang, sehingga bisa langsung melakukan improvisasi. 
Dewi mencintai profesinya. Ia selalu tertantang untuk mencoba hal-hal baru. “Di dunia jurnalistik saya belajar banyak hal yang dulu tidak pernah terpikirkan sama sekali,” ujar penggemar musik jazz ini. 
Di hari-hari senggangnya, Dewi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton film dan melalap isi buku apa saja. Kristine Carlson menjadi penulis favorit Dewi, terutama yang berjudul: Don’t sweat the small stuff for woman. “Tulisan itu mampu menyeimbangkan jiwa dan psikologi kita,” ujar anak ketiga dari tiga bersaudara yang cukup lama tinggal di Magelang dan Yogya itu.

3. Nane Nindya 

Penampilannya kalem dan lembut. Tidak salah kalau banyak yang mengira Nane dari Solo, sebuah kota yang identik dengan wanita lemah gemulai. Padahal Arianne Nindya Rastri –nama lengkap Nane— asli Surabaya (walaupun lahir di Malang). 
Sejak kecil, Nane yang punya hobi mencoba resep masakan baru dan mengoleksi boneka sapi itu sudah bercita-cita jadi presenter. Tidak heran, jika penggemar musik jazz dan R&B kelahiran 17 November 1984 itu, rela meninggalkan kuliah di Teknik Kimia dan nekad pindah jalur masuk ke Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, demi mengejar cita-citanya sebagai seorang reporter. 
Cita-citanya mulai berbuah, ketika ia diterima sebagai reporter dan penyiar radio swasta My Radio di Surabaya. Ketika JTV Surabaya (2004) mencari presenter, ia pun mendaftar dan lolos. Bertahan dua tahun, Nane pun memutuskan pindah ke Jakarta dan bergabung dengan tvOne sejak Agustus 2007. 
Nane dikenal banyak memiliki kegemaran. Tidak sekadar memasak, Nane juga suka menari dan menyanyi. Koleksi DVD-nya se-abrek. Maklum, hampir setiap muncul DVD baru (film dan musik), ia beli. “Banyak beli tapi gak tahu kapan nontonnya,” ujar Nane, tertawa. 
Ada hal lain yang bagi orang lain mungkin dianggap aneh, karena Nane ternyata suka dengan hujan. “Entah kenapa suka sekali dengan hujan, terutama bau tanah sehabis hujan,” katanya.

4. Winny Charita 

Winny Charita termasuk generasi produk tvOne. Walaupun sebelum bergabung dengan tvOne pernah berkarir di Jawa Pos Media TV, namun lulusan Fakultas Ekonomi UNAIR itu merasa tvOne telah membuka matanya lebih luas untuk mengenal dunia broadcast. 
Gadis kelahiran Jember 23 Maret 1985 ini memang lulusan Kampus One (angkatan ke-2), yang di wisuda Januari 2010. Kampus One, merupakan lembaga pendidikan internal tvOne. Di kawah candradimuka inilah, calon reporter tvOne dididik secara ketat selama 6 bulan. Mereka belajar tehnik pengambilan gambar, interviu, membuat naskah, dan lain-lain. 
Winny yang pernah menjadi finalis JTV Presenter 2007 di Surabaya dan anggota Paskibraka Jawa Timur itu, merasa telah menemukan dunianya yang baru sebagai seorang reporter. “Reporter as be me. Alhamdulillah enjoy melakukan pekerjaan ini. Ketertarikan terhadap news membuat aku semakin semangat,” ujar Winny. 

Sumber : TvOne

SENIN, 26 AGUSTUS 2013

Mengintip Lokalisasi Padang Galak Sanur

Bagi anda penghobi dunia malam dan kebetulan butuh penyegaran, sekedar selingan dari penatnya bekerja, atau mungkin kantong pas-pasan tapi pengen jajan, atau sekedar pengen tau nikmatnya esek-esek kelas ekonomi non AC, lokalisasi Padang Galak adalah salah satu tempat yang cukup representatif sebagai tempat hiburan malam di Denpasar.

Sabtu malam, medio Juni 2008, sekitar pukul 21:43 Wita, kami bergerak dari pusat kota Denpasar menuju arah Sanur menyusuri kawasan Renon, Jalan Cok Agung Tresna, Tanjung Bungkak, dan Jalan Hang Tuah. Kemudian membelok ke kiri di perempatan Jalan Bypass Ngurah Rai menuju arah utara. Tak seberapa lama melewati jalan yang didominasi areal persawahan, tampak sebuah jalan kecil beraspal seadanya. Jalan tak bernama itulah jalan masuk ke lokalisasi tersebut. Kurang lebih jarak lokalisasi sekitar 500 meter dari mulut jalan.

Kami membelok perlahan memasuki halaman parkir yang sedikit gelap. Barisan sepeda motor tampak berjajar, terparkir rapi. Priit, suara peluit juru parkir, dengan membawa senter, mengarahkan kami ke tempat yang lowong.

Lorong-lorong gelap, sebagian tersinari lampu pijar bercahaya redup. Jalan tanah liat berpasir dan sedikit berbatu menghubungkan antara blok satu dengan blok lainnya. Di beberapa blok terpampang billboard bertuliskan Wisma. Dalam tiap blok/ wisma terdapat kamar-kamar semi permanen berukuran 3×4 meter, dengan satu tempat tidur, satu meja, satu bangku kecil. Serta tersekat sedikit di tiap sudut belakang kamar, satu bak air kecil yang dibatasi batako setinggi dada orang dewasa. Menyusuri lorong demi lorong dalam keremangan, menjelajah wisma dan kamar-kamar, aroma kotoran sapi sempat menyusup ketika kami melewati salah satu lorong utama.

“Ngewek mas?” Sapa manja salah seorang PSK bertubuh subur kepada kami yang melewati wismanya.

“Berapaan?” Tanya salah seorang dari kami.

“Biasa, mas. Empat puluh ribu.”

“Karaoke?”

“Ya gak lah, mas. Sekali naik aja.”

“Ya nanti ya, mau liat-liat dulu”

Di wisma yang lain, kami dapati juga sapaan manja seperti PSK tadi. Obrolan-obrolan singkat dan basi, sesekali menawar, juga pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban asal yang tak penting.

“Bir sebotol berapa mbak?”

“Dua lima”

“Kok mahal mbak?”

“Air putih mau?”

Kebanyakan dari mereka mengaku berasal dari daerah Jember dan Banyuwangi. Mengaku bekerja sebagai PSK karena terpaksa, dengan berbagai alasan keterpaksaan yang dipaksa-paksakan. Dan terpaksa tidak bisa kami sebutkan satu persatu alasan-alasan tersebut (..hehehe).

“Ayo mas, ngewek. Ntar jam satu tutup lho”

“Bukannya tutup jam empat?”

“Jam satu, mas.”

“Gak usah lama-lama milih, mas. Semua rasanya sama. Sama-sama p***k.”  kata PSK lain dengan dialek Maduranya yang kental.

Benar saja, tepat pukul satu dinihari, satu persatu lampu pijar yang tadinya menyala tiba dipadamkan. Wow, dan kami terpaksa diusir tanpa ngewek. Bunyi sirene pecalang (satgas lokal desa adat) dan pasukannya, membubarkan segala aktivitas.

(Tim Apatis 2008. :: Irv, Ard, Jug, Par)


Sumber Text: Apatis,

MINGGU, 25 AGUSTUS 2013

Dari Kamar Karaoke ke Kamar Kost

Denpasar, selasa malam sekitar pukul sepuluh.

Nick (nama profesinya) sudah sekitar tiga tahun ini berprofesi sebagai tukang ojek (..becek) bagi para CO, yang biasa dikenal sebagai PL di tempat berkarier, di karaoke-karaoke. Sebelum pukul tiga pagi, Nick sudah standby di tempat parkir rumah karaoke untuk menjemput CO pulang. Dengan gagah berani, rambut disisir rapi, plus senyum yang selalu mengembang, Nick selalu sabar menanti pulang sang CO pujaan.

Pukul tiga lewat-lewat dikit biasanya Nick udah dipeluk erat pinggangnya oleh si CO diatas roda dua matic masa kini. Gak lama kemudian (biar cepet aja ceritanya), mereka udah sampai di kost yang dimaksud. Yah…setelah itu, service like always…

Nick, yang mengaku asli pemuda setempat memang pengangguran tulen. Hobinya ngesek sana-sini. Ga peduli kelas tiker atau suits room pernah dijelajahi. Pokoknya hidup mati di esek-esek. Diantara rekan-rekan sejawatnya, yang berprofesi sama sebagai ojek (..bejek), kecantikan, keseksian, gaya main, serta asal si CO adalah suatu perlombaan yang menarik. Soal kecantikan, dari survey yang telah dilakukan kecil-kecilan, CO yang berasal dari kota kembang Bandung menjadi favorit dengan menempati urutan pertama, disusul Menado serta Palembang. Soal keseksian, Bandung dan Menado mendapatkan point yang sama. Untuk gaya bermain, Menado menjadi yang terfavorit disusul Bandung dan Kupang (Indo-Portu).

Mendapatkan cewek-cewek dari kota-kota tersebut merupakan suatu kemenangan (meskipun cukup subjektif) bagi mereka. Kebanggaan saat menceritakan kronologi pertemuan sampai kebinalan di ranjang adalah yang menjadi standart penilaian. 

(apatis08)
Sumber : Apatis
Sebagian orang, mendapat kesempatan mengantar CO (Cewek Orderan/ Omprengan) pulang ke kostnya, membuatnya merasa "naik kasta". Di Denpasar (..dan sekitarnya), mungkin tidak banyak, mungkin juga tidak sedikit yang pernah menikmati service "sex after nganter" ini.

MINGGU, 25 MARET 2012

Sheila Marcia Tanpa Celana Dalam






forum.detik.com/tv-anchor-reporter-host

http://forum.detik.com/tv-anchor-reporter-host-t348398p34.html

friskaichaa.blogspot.com

http://friskaichaa.blogspot.com/2013/02/presenter-cantikhttp://friskaichaa.blogspot.com/2013/02/presenter-cantik-yang-bekerja-di.html-yang-bekerja-di.html

presenter-penyiar-berita.blogspot.com/2013/04/foto-hot-puteri-anggraeni-presenter

http://presenter-penyiar-berita.blogspot.com/2013/04/foto-hot-puteri-anggraeni-presenter.html

http://presenter-penyiar-berita.blogspot.com/2013/07/puteri-anggraini-presenter-mata-lelaki.html

http://presenter-penyiar-berita.blogspot.com/2013/04/foto-hot-puteri-anggraeni-presenter.html

http://presenter-penyiar-berita.blogspot.com/2013/07/puteri-anggraini-presenter-mata-lelaki.html

presenter-penyiar-berita.blogspot.com/2013/04/galeri-foto-ria-winata-yang-tampil

http://presenter-penyiar-berita.blogspot.com/2013/04/galeri-foto-ria-winata-yang-tampil.html

presenter-penyiar-berita.blogspot.com presenter-pembawa-acara-cantik

http://presenter-penyiar-berita.blogspot.com/2013/01/15-presenter-pembawa-acara-cantik.html

7 Presenter Berita Cantik MetroTV

http://finunu.wordpress.com/2010/12/18/7-presenter-berita-cantik-metrotv/


7 Presenter Berita Cantik MetroTV

MetroTV
Githa Nafeeza
1. GITHA NAFEEZA Githa Nafeeza (lahir di Bogor, 19 Oktober 1980; umur 30 tahun) adalah pembawa acara & Host Talkshows Metro TV yang saat ini membawakan acara Public Corner, The Interview dan Special Dialogue. Sebelumnya dia adalah pembawa acara berita danreporterdi stasiun Trans TV. Dia mulai bergabung dengan MetroTV pada bulan Februari 2008. Githa Nafeeza lahir di Bogor pada tanggal 19 Oktober 1980 dan memiliki nama lengkap Githa Asterita. Bersekolah di SD Priangan, SMP S.I.I.P, dan SMA 5 Bandung. Ia menamatkan jenjang S1-nya di jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, Bandung. Kemudian saat ini sedang meneruskan pendidikan di Magister Manajemen Bisnis Eksekutif, Prasetiya Mulya Business School, Jakarta. Daftar acara yang pernah dibawakan
  • Public Corner
  • The Interview
  • Special Dialogue
  • Let’s Go Green
  • The Ultimate Swing Metro Golf
  • Save Our Nations Through MDGs
githa nafeeza
githa nafeeza
githa nafeeza
2. NAJWA SHIHABNajwa Shihab yang akrab dipanggil Nana[1] (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 16 September 1977; umur 33 tahun)[2] adalah pembawa acara berita Metro TV. Antara lain menjadi anchor program beritaprime timeMetro Hari Ini dan program talk show Today’s Dialogue. Najwa adalah puteri kedua Quraisy Shihab, Menteri Agama era Kabinet Pembangunan VII. Nana menikah dengan Ibrahim Assegaf, dan sudah memiliki satu orang anak laki-laki yang akrab dipanggil Izzat (6 tahun).http://www.facebook.com/najwas3http://twitter.com/najwashihab
Najwa Shihab
Frida Lidwina
3. FRIDA LIDWINAFrida Lidwina Tanadinata (lahir di Jakarta, 23 Juni 1974; umur 36 tahun)adalah presenter berita Metro TV. Ia biasa tampil dalam program berita Indonesia Now, News Flash, Metro Malam, Metro World News dan beberapa program lainnya. mengawali kariernya di bidang jurnalisme sebagai reporter di Trans TV. Tahun 2004, ia bergabung dengan Metro TV. Dalam tahun pertamanya di stasiun TV itu, ia sering turun ke lapangan untuk meliput berbagai peristiwa di tanah air. Tak lama kemudian ia dipercaya untuk memandu acara Sports Corner (SC) atas rekomendasi dari Boy Noya, rekannya sesama presenter di Metro TV. Ia juga kadang-kadang membawa berita dalam Bahasa Inggris dalam program berita tiga bahasa karena kefasihannya dalam bahasa tersebut. Sejak awal 2008, ia menjadi pemandu tetap program Indonesia Now bersama Dalton Tanonaka.http://twitter.com/fridalidwinahttp://www.facebook.com/
Frida Lidwina
Frida Lidwina
Frida Lidwina
4. PRITA LAURA
Prita Laura adalah host program perjalanan Metro TV “Nusantara.” Dia juga jangkar “Metro Siang” dan “Public Corner,” bersama dengan headline berita jam.
Jurnalisme adalah karir kedua Laura, berasal dari profesi hukum. Dia bekerja di sebuah firma hukum setelah lulus dari Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, jurusan Hukum Internasional.
Ia dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah. Dia bergabung dengan Metro TV pada tahun 2004.
Laura telah menjabat sebagai seorang guru sukarelawan bahasa Inggris dalam program Sekolah Darurat Kartini, yang membantu anak-anak tunawisma. Dia berbicara bahasa Indonesia dan Inggris.
PRITA LAURA
PRITA LAURA
PRITA LAURA
5. GADIZA FAUZI
Gadiza Fauzi (lahir di Jakarta, 5 Desember 1981; umur 29 tahun) adalah salah satu pembawa acara berita dari stasiun televisi, MetroTV. Dia merupakan salah satu pembawa acara asli binaan MetroTV. Dia mulai bergabung dengan MetroTV pada bulan Juni 2005.
Gadiza mempunyai hobi melukis diwaktu senggang, selain itu dia juga hobi membaca novel dan browsing di internet. Gadiza Fauzi termasuk pembawa acara yang berpostur tubuh pendek, tinggi badannya adalah sekitar 155 cm. Seperti kebanyakkan pembawa acara Metro TV yang lain, Gadiza sangat fasih berbahasa Inggris dan tentu saja, bahasa Indonesia.
GADIZA FAUZI
GADIZA FAUZI
TASCHA LIUDMILA
6. TASCHA LIUDMILA PERAN para jurnalis begitu penting dalam mengabarkan sebuah informasi kepada masyarakat. Dengan satu tujuan mulia, menyampaikan kebenaran untuk masyarakat. Itulah yang tertanam di benak Tascha Liudmila (28) ketika memutuskan menjadi jurnalis. Padahal, saat kecil pembawa berita di Metro TV ini bermimpi menjadi pramugari dan melanglang ke berbagai negara. Paras cantik dan postur tubuh sebenarnya mampu membuat Tascha menggapai cita-cita masa kecilnya itu. Apalagi, ia sedikit banyak tahu seluk-beluk dunia penerbangan, mengingat sang ayah, Chappy Hakim, mantan petinggi Angkatan Udara di negeri ini.http://www.facebook.com/http://twitter.com/taschakim

Lucia Saharui

Lucia Saharui adalah seorang presenter dan pembaca berita TV kelahiran Ternate, Maluku. Ia saat ini bekerja di MetroTV. Sebelumnya ia memulai karier jurnalistik sebagai reporter di RCTI. Di MetroTV ia bergabung sejak Juli 2006. Lucia merupakan alumni dari Universitas Indonesia, fakultas teknik. Sewaktu kecil ia sempat bercita-cita untuk menjadi penyanyi. Namun ia gagal meraih cita-citanya, dan kemudian memilih untuk menjadi jurnalis. Sebelum menjadi jurnalis, ia sempat bekerja sebagai agen pemasaran di sebuah perusahaan semen di Jakarta selama empat tahun. Acara TV yang dibawakan Lucia Saharui di MetroTV antara lain; Metro Sport,Metro SpeedMetro MalamJakarta Jakarta dan Periskop.http://www.facebook.com/lucia.saharui
LUCIA SAHARUI
Sumber blog = dari berbagai sumber

7 Presenter Cantik TVone / foto foto

http://finunu.wordpress.com/2010/12/21/7-presenter-cantik-tvone/



7 Presenter Cantik TVone

1. Grace Natalie

Grace Natalie
Grace Natalie Louisa (lahir di Jakarta, 4 Juli 1982; umur 28 tahun) adalah seorang pembawa acara berita dan jurnalis. Ia pernah bekerja di SCTV, ANTV, dan sekarang di tvOne. Ia adalah penyiar tetap Kabar Pasar, selain itu juga sering tampil di Kabar Petang, Apa Kabar Indonesia, Kabar Terkini, dan sejumlah program lainnya.
Grace bersentuhan dengan dunia jurnalistik, bermula ketika SCTV menyelenggarakan kompetisi SCTV Goes to Campus untuk mencari bibit-bibit muda berbakat. Grace mengikuti kompetisi tersebut dan meraih kemenangan untuk wilayah Jakarta. Ketika ditandingkan lagi di tingkat nasional, ia masuk lima besar. Dari sinilah pintu masuk ke dunia pertelevisian mulai terbuka baginya.
Selesai kuliah, SCTV langsung merekrutnya. Di sana ia menjadi salah satu penyiar Liputan 6.
Dari SCTV, Grace pindah ke ANTV, sebelum akhirnya bergabung dengan tvOne. Grace, yang sempat mengikuti kursus kilat di Maastricht School of Management, Belanda dari Januari hingga April 2009, beberapa kali melakukan wawancara ekslusif dengan tokoh-tokoh internasional seperti misalnya Abhisit Vejjajiva (Perdana Menteri Thailand), Jose Ramos Horta (presiden Timor Leste), Steve Forbes (CEO Majalah Forbes), George Soros, dll.
Di dunia maya, Grace adalah salah satu pembawa acara berita terfavorit. Popularitasnya ini ditunjukkan lewat gelar Anchor of the Year 2008 dan Runner Up Jewel of the Station 2009 versi blog News Anchor Admirer.

Grace Natalie

Grace Natalie

Grace Natalie

2. Tina Talisa

Tina Talisa (lahir di Bandung, Jawa Barat, 24 Desember 1979; umur 30 tahun) adalah seorang pembawa acara berkebangsaan Indonesia. Sebelumnya dia pernah berprofesi sebagai dokter gigi dan merupakan Lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung pada tahun 2001.

Tina Talisa
Oleh teman-teman kantor, Tina Talisa suka diledek dengan panggilan bu dokter. Sebenarnya bukan ledekan, karena nyatanya Tina memang seorang dokter gigi yang pernah praktek di Bandung. Wanita bersuara merdu kelahiran Bandung 24 Desember ini adalah lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
Dunia kedokteran sementara ditinggalkan Tina, yang kini lebih asyik menekuni profesinya sebagai seorang jurnalis. Sejumlah tokoh internasional pernah diwawancarai Tina. Semula Tina tidak punya bayangan bakal menjadi seorang presenter. Ia lebih fokus menekuni kuliahnya di kedokteran gigi. Ketertarikannya pada bidang broadcasting berawal ketika Tina menjadi penyiar di Radio Paramuda dan Radio Mustika Bandung. Ia seolah menemukan dunia baru yang tidak kalah mengasyikkannya dengan bidang kedokteran gigi.

Tina Talisa
Finalis Puteri Indonesia 2003 dan Juara l Mojang Jawa Barat 2003, itu kemudian pindah ke Jakarta, bukan buka praktek tapi malah memilih menjadi seorang reporter dan presenter di Trans TV. Tina yang dikenal kritis menghadapi nara sumber itu, kemudian bergabung dengan tvOne sejak 2007. Sesekali pemirsa tvOne bisa menikmati alunan suara merdunya, manakala ia menutup acara yang dibawakannya, Apa Kabar Indonesia Malam.

Tina Talisa

Tina Talisa

Tina Talisa

3. Indy Rahmawati

Indi Rahmawati (lahir di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 1 April 1971;

indy rahmawati
umur 39 tahun)merupakan seorang penyiar berita tvOne.
Santun dan ramah. Itulah ciri khas Indy Rahmawati, jika sudah menghadapi nara sumber. Lihatlah penampilan Indy tiap pagi ketika membawakan acara Apakabar Indonesia Pagi bersama Andrie Djarot. Wanita berkulit kuning bersih kelahiran Bandung ini juga mudah bersahabat dan akrab, manakala membawakan acara ‘Satu Jam Lebih Dekat’.
Walau demikian, lulusan S-2 Universitas Padjadjaran penyuka kepiting ini, tidak kehilangan kekritisannya menghadapi narasumber yang beraneka latar belakang itu. “Saya berupaya mengemban amanah sebagai wartawan yang netral dan bertanggungjawab,” kata Indy.
Indy Rahmawati bergabung tvOne sejak Maret 2008. Sebelumnya, penggemar travelling dan fotografi inipernah berkarir di SCTV. Selain sebagai presenter, Indy kini juga seorang produser.

indy rahmawati

indy rahmawati

indy rahmawati

4. Cindy Sistyarani


cindy sistyarani
Mungil tapi lincah. Demikian kesan sekilas, begitu melihat sosok Cindy Sistyarani. Bungsu dari 3 bersaudara kelahiran Surabaya 17 Januari itu, memang dikenal lincah dan gesit di lapangan.
Memulai karirnya sebagai reporter di tvOne Biro Surabaya, sejak 17 Desember 2007. Wajahnya mulai dikenal pemirsa ketika Cindy aktif meliput kasus pembunuhan berantai dengan pelaku Riyan, dan juga dukun cilik Ponari di Jombang. Cindy ikut berdesak-desakan berbaur dengan ribuan warga demi bisa bertemu dan wawancara dukun cilik kesohor Ponari.
Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Airlangga ini, dikenal sebagai sosok mandiri. “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri; bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri,” demikian Cindy, mengutip salah satu novel Pramoedya

Cindy Sistyarani

Cindy Sistyarani

Cindy Sistyarani

5. Nane Nindya


Nane Nindya
Penampilannya kalem dan lembut. Tidak salah kalau banyak yang mengira Nane dari Solo, sebuah kota yang identik dengan wanita lemah gemulai. Padahal Arianne Nindya Rastri –nama lengkap Nane— asli Surabaya (walaupun lahir di Malang).
Sejak kecil, Nane yang punya hobi mencoba resep masakan baru dan mengoleksi boneka sapi itu sudah bercita-cita jadi presenter. Tidak heran, jika penggemar musik jazz dan R&B kelahiran 17 November 1984 itu, rela meninggalkan kuliah di Teknik Kimia dan nekad pindah jalur masuk ke Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, demi mengejar cita-citanya sebagai seorang reporter.
Cita-citanya mulai berbuah, ketika ia diterima sebagai reporter dan penyiar radio swasta My Radio di Surabaya. Ketika JTV Surabaya (2004) mencari presenter, ia pun mendaftar dan lolos. Bertahan dua tahun, Nane pun memutuskan pindah ke Jakarta dan bergabung dengan tvOne sejak Agustus 2007.

Nane Nindya
Nane dikenal banyak memiliki kegemaran. Tidak sekadar memasak, Nane juga suka menari dan menyanyi. Koleksi DVD-nya se-abrek. Maklum, hampir setiap muncul DVD baru (film dan musik), ia beli. “Banyak beli tapi gak tahu kapan nontonnya,” ujar Nane, tertawa.

Nane Nindya
Ada hal lain yang bagi orang lain mungkin dianggap aneh, karena Nane ternyata suka dengan hujan. “Entah kenapa suka sekali dengan hujan, terutama bau tanah sehabis hujan,” katanya.

6. Ratna Dumila

Di layar kaca, dengan balutan blazer warna gelap, Ratna nampak anggun

ratna.dumila
berwibawa. Namun begitu usai siaran, Ratna kembali ke sifat aslinya: centil, periang, humoris, dan spontan. Spontanitasnnya sering diwujudkan dalam cletukan lucu, atau dengan bersenandung di kantor. “Saya adalah sebuah buku yang terbuka. Semua orang bisa langsung kenal dan mengetahui siapa saya tanpa waktu lama,” ujar ibu seorang putri yang manis, Rameyza Alya Hakim ini.
Penyuka bebek goreng dan motor bebek yang asli Surabaya itu mengawali karirnya sebagai reporter dan presenter di Trans TV. Sarjana hukum lulusan UNAIR kelahiran 20 Desember 1983 ini memang lebih suka bergelut di dunia broadcast, ketimbang menghafal pasal-pasal usang KUHP.
Tentang namanya, yang disebutnya “Jawa banget”, Ratna justru bangga pada orang tuanya yang telah memilih nama indah untuknya. Dalam blog pribadi Ratna bercerita tentang sejarah namanya, disebutkan:

ratna.dumila
“…ketika tinggal di Magetan, Jawa timur (saya lupa SD kelas berapa) pernah suatu malam Bapak dan Ibu mengajak saya ke Madiun yang jaraknya tidak terlalu jauh. Saat itu ada pementasan ketoprak Siswo Budoyo. Di suatu lakon rupanya diceritakan ada seorang putri dari Bupati Madiun yang bernama Raden Ayu Retno Dumilah. Di situ, lakonnya diperankan seorang wanita cantik, molek, dengan suara merdu namun sekilas saya menangkap ada sisi ketegasan dari tokoh Retno Dumilah itu.
Soal cerita lengkap sosoknya, sekali lagi karena masih kecil saya tidak nyambung. Sekilas adalah Raden Ayu Retno Dumilah adalah seorang putri yang tidak ingin tunduk dalam kekuasaan Mataram yang mengirimkan utusan Sutawijaya. Saat berperang, Retno Dumilah dengan Sutawijaya kalah dan menjadi tawanan Mataram, namun pada akhirnya Retno Dumilah ini dijadikan istri oleh musuhnya sendri si Sutawijaya itu (heroik betul sejarah nama saya, ya??). Tapi dari malam itulah setidaknya saya tahu bahwa nama Retno Dumilah yang akhirnya diadaptasi oleh Bapak Ibu saya menjadi Ratna Dumila adalah bermakna baik, ada sejarah Jawa dan menyiratkan arti keberanian serta pantang menyerah.. Kurang lebihnya begitu..”

Ratna Dumila

Ratna Dumila

7. Atika Sunarya


atika.sunarya
Sepintas sosok Atika Sunarya terkesan pendiam. Padahal, kalau sudah mengenal dekat, wanita berdarah Sunda-Padang ini, cukup ‘ramai’. Di sela-sela rapat redaksii misalnya, Atika sering mengeluarkan celetukan spontan yang membuat rekannya tertawa. “Saya memang suka bercanda dan blak-blakan,” ujarnya.
Penyuka spagethi dan masakan padang itu, sejak lulus dari Universitas Pelita Harapan sudah bercita-cita menjadi seorang jurnalis. “Dunia jurnalistik menantang dan dinamis,” katanya memberi alasan. Karena itu, begitu lulus kuliah ia langsung mendaftar ke stasiun televisi Lativi, pada 2003. Ketika manajemen Lativi beralih kepemilikan, Atika pun tetap bertahan di tvOne.
Selain sebagai news presenter dan asisten produser, Atika adalah seorang ibu yang menyenangkan. Ia sudah memiliki buah hati, seorang putri cantik, Alexandria Putri Devasya. “Soal makanan untuk anak, saya paling cerewet,” ujar Atika terus terang.
=======================================================
batik cirebon, batik murah, finubatik
Dibaca Gan artikel lainnya